Kamis, 30 Juni 2016

Song of Myself

Dari buku Walt Whitman, Leaves of Grass saya menemukan puisi ini. Meskipun, puisi ini punya bukunya sendiri, yang berjudul Song if Myself. 

Walt Whitman



1

Aku merayakan diriku, dan bernyanyi seorang diri,
Dan apa yang kuharapkan sebaiknya kau harapkan,
Pada tiap atom yang kumiliki sudah semestinya kepunyanmu juga.

Aku pemalas lalu kuundang jiwaku,
Aku lemah dan kian malas pada kenikmatanku memandangi ujung rerumputan musim panas.

Pada lidahku, setiap atom dalam darahku, terbentuk dari minyak ini,
udara ini,
Lahir di tempat ini dari keluarga yang lahir di sini dari keluarga yang sama, dan
keluarga mereka sama,
Aku, kini berusia tiga puluh tujuh tahun dengan kesehatan yang mulai sempurna,
Berharap tak lagi berhenti hingga kematian tiba.

Sejumlah keyakinan dan sekolah tak lagi berlaku,
mengundurkan diri selama mencukupi yang ada pada mereka, tapi tak pernah
dilupakan,
Aku pelabuhan untuk perihal baik atau buruk, aku pamit untuk bicara pada setiap risiko,
Alam tanpa tanda dengan energi yang semestinya.


2

Rumah-rumah dan ruangan dipenuhi parfum, rak buku menjadi
ramai dengan  parfum,

Aku menghirup harum tubuhku dan mengenalinya lalu aku menyukainya,
Penyaringan bahkan membuatku mabuk, namun aku tak akan membiarkannya.

Suasana ini bukanlah parfum, tubuhku tak memiliki rasa  dari
penyaringan, tubuhku pun punya aroma.
Selamanya hanya untuk mulutku, aku jatuh cinta pada semua itu,
Aku akan pergi ke sungai dengan kayu dan tanpa bersembunyi
Dan telanjang,
Aku menjadi gila demi terhubung dengan diriku sendiri.

Asap yang berasal dari napasku sendiri,
Gema, riak, bisikan berdengung, akar-cinta, benang-sutra, selangkangan dan anggur,
Napas dan ilhamku, detak jantungku, aliran darah dan udara melalui paru-paruku,
Aroma hijau daun dan daun kering, dan tepi laut, dan warna-gelap bebatuan-laut, dan jerami di dalam lumbung,

Bunyi sendawa kata-kata berasal dari suaraku yang hilang diterjang pusaran angin
Beberapa ciuman menyala, beberapa pelukan,  mencapai di daerah sekitar persenjataan,
Permainan sinar dan bayangan pada pohon-pohon menjelma kibasan dahan yang lentur,
Bergembira sendiri atau terburu-buru dari berbagai jalan, atau sepanjang ladang dan sisi-bukit,
Perasaan sehat, getar bulan purnama, laguku yang membangkitkan dari tempat tidur, dan bertemu matahari

Apakah kau menghitung luas ribuan hektar? Apakah kau menghitung luas bumi?
Apakah kau berlatih begitu lama untuk belajar membaca?
Apakah kau merasa begitu bangga mendapatkan makna sejumlah puisi?

Hentikan pagi dan malam ini denganku dan kau semestinya memiliki asal muasal seluruh puisi,
Sekiranya kau memiliki kebajikan bumi dan matahari, (ada jutaan matahari yang pergi,)
Kau tak lagi mengambil hal-hal di tangan kedua atau ketiga, atau melihat melalui mata orang mati, atau memberi makan pada sejumlah hantu dalam buku-buku,
Sekiranya kau tak melihat dengan mataku, atau mengambil sesuatu dariku,
Sekiranya kau mendengarkan segala sisi dan menyaring mereka dari dirimu sendiri.


3

Aku telah mendengarkan apa yang mereka bicarakan, menceritakan tentang yang bermula dan berakhir,
Namun aku tak bercerita tentang yang bermula dan berakhir.

Tak pernah sekali pun mampu lebih awal dibandingkan dengan yang ada saat ini,
Atau lebih muda dari usia yang ada saat ini,
Dan tak akan pernah jadi siapa pun ketika melindungi dari yang ada saat ini,
atau siapa pun di surga atau neraka yang ada saat ini.

mendorong, dan mendorong dan mendorong,
Selalu menjadi sesuatu yang mendorong dunia

Keluar dari keremangan berwalanan setara dengan maju, selalu menjadi isi dan peningkat, selalu seks,
Selalu merajut identitas, selalu perbedaan, selalu berkembang biak hidup.
Untuk menguraikan bahwa ini tak berguna, belajar dan tidak belajar membuat tetap merasa itu

Tentu sebagai keyakinan paling pasti, tegak lurus, permintaan-baik, terikat di tiang
Kekar seperti kuda, kasih sayang, angkuh, listrik,
Aku dan segala misteri berdiri di sini

Kejernihan dan kebaikan menjadi jiwaku, dan kejernihan dan kebaikan adalah semua yang bukan jiwaku.
Jika satu tak ada, hilang segalnya, dan apa yang tak terlihat dibuktikan dengan melihat
Hingga itu menjadi yang tak terlihat, dan menerima bukti pada saatnya nanti

Menampilkan yang terbaik dan membaginya menjadi usia paling buruk yang mengganggu usia
Mengetahui kesehatan sempurna dan perihal keseimbangan batin, sementara mereka berbincang
aku terdiam, dan pergi mandi dan mengagumi diri sendiri.

Selamat datang pada setiap organ dan ciri dalam diriku, dan manusia mana pun hangat dan bersih,
tak ada satu inci atau inci partikel yang hina, dan tak ada yang mesti menjadi asing daripada yang lain.
dan tak satu pun menjadi asing dengan satu sama lain

Aku puas — aku melihat, menari, tertawa, bernyanyi;
Seperti memeluk dan mencintai tempat tidur-pasangan tertidur di sisiku sepanjang malam, dan menarik diri
di mengintip dari hari dengan tapak tersembunyi,
Meninggalkan aku dengan keranjang yang ditutupi dengan handuk putih yang membesar menutupi rumah seluruhnya,

Haruskah aku menunda penerimaan dan menyadari diriku dan berteriak dalam mataku,
Bahwa mereka berpaling dari memandang setelah berada di ujung jalan,
Dan segera memberi sandi dan menunjukkanku satu sen,
Tepat nilai dari satu dan tepat pula pada nilai dari dua, dan yang manakah di depan?




*Salah satu puisi Walt Whitman yang saya sukai. Belum selesai dan berencana saya selesaikan, namun bukan dalam waktu dekat ini. 

Selasa, 21 Juni 2016

Robert Pinsky - Antique


Robert Pinsky, penyair asal Amerika
(Sumber gambar: npr.org)
Antique

Aku ditenggelamkan dalam api yang memilikimu, aku terbakar
Di sungai yang tidak memilikimu, kami pun hidup
Bersama selama berjam-jam di sebuah rumah dengan seribu kamar
Dan kami berpisah selama seribu tahun.
Sepuluh menit lalu kami membangkitkan anak-anak kami yang menutupi
Bumi dan lupa bahwa kami ada.
Itu bukan khayalan, bukan pula tangga menuju kesempurnaan
Itu adalah dingin sinar matahari yang jatuh ke bumi hangat ini

Ketika aku kembali kau pergi ke neraka. Ketika kapalmu
Melarikan diri dari pertempuran lalu aku mengikutimu dan kehilangan dunia
Tanpa penyesalan namun dengan badai saling tuding
Suatu hari nanti jauh di bawah koridor ketakutan masa depan
Seseorang yang membeli gambar ini dari kau untuk bingkai
Di sebuah warung di kota murung yang akan mempelajari wajahmu
Dan memutuskan untuk berlabuh lebih lama sementara waktu 

Dari perairan tanpa nama, asam napas.


*Puisi Robert Pinsky, "Antique" from Gulf Music diterjemahkan 
oleh Wawan Kurn secara bebas. 


Penyair ini telah berusia 75 tahun. Selain menulis puisi, ia juga menulis esai, kritik sastra dan menjadi seorang penerjemah. Saya belum membaca banyak karyanya, namun saya rasa saya akan menerjemahkan dan membaca lebih banyak lagi puisi-puisinya. Puisi yang saya terjemahkan kali ini secara khusus judul tidak saya ubah sama sekali. Saya merasa itu sudah pas. Semoga di lain kesempatan saya bisa menerjemahkan dengan lebih baik lagi.  

Kamis, 16 Juni 2016

Dua Buah Soneta dari Fernando Pessoa

Fernando Pessoa dalam buku 35 Sonnets yang ia terbitkan sendiri melalui "Lisbon Monteiro & Co" di tahun 1918. Pessoa adalah penyair yang lahir di Lisbon, Portugal. Ini adalah dua soneta awal dari bukunya itu, jika ada waktu saya akan melanjutkannya lagi.


IMeskipun kita menulis atau berbicara atau menjalaninya namun
tetap saja kita tak akan pernah terlihat. Apa yang kita miliki
tak dapat dipindahkan sama sekali ke dalam kata atau pun buku.Jiwa yang kita miliki telah berjarak begitu jauh tak terbatas.
Sebesar apa pun keinginan yang kita pikirkantelah menjadi jiwa kita dan isyarat agar pergi jauhJurang di antara jiwa kita tak lagi dapat dijembatani
Hati kita masih tak pernah saling terhubung.Dan apa yang kita sampaikan kini mulai terabaikan.Ketika kita hendak menyatakan pikiran akan keberadaan kita.
dengan keahlian apa pun atau cara-cara yang ada.Untuk diri kita yang benar-benar singkat Dan tiap-tiap mimpi yang lain berasal dari mimpi orang lain.
Kita adalah mimpi yang hanya kita miliki, jiwa begitu menyilaukan
IIJika yang terlihat adalah bagian hidup yang bahagia
Kita pun mulai merinding - merasa sejumlah batasan mulai terlihat
Dengan menyimpan sedikit isyarat dan bagian tubuh lain mampu melihat
Yang terlihat bahkan hanyalah sejumlah kebohongan
Tubuh yang benar-benar bahagia sungguh tak lagi ada
Jam untuk berbahagia habis, gelap, samar-samar, rasa melihat
Semua yang mampu kita lihat adalah irasional
Apakah yang tertelan pandangan dari mata yang tertutup
Dari mana datangnya pikiran untuk merasa tetap hidup? Nihil
Sebuah rasa cemas- seperti rasa sakit dalam hidup, seperti tubuh - yang terdalam
Atau sejumlah hal lain - juga yang tak kita pahami penuh kebusukan
Seluruhnya digunakan pikiran untuk bekerja. Hingga ia menghapusku
jiwa - membenci dari apa yang kita cara dan apa yang kita tangisi.
Suka cita, tubuh dan hidup pun membuktikan namun layar begitu kotor.

Selasa, 24 Mei 2016

Colorless Tsukuru Tazaki (Bab 1 2/18)

sumber gambar di sini

Ketika ia tidak memikirkan tentang kematian, pikirannya menjadi kosong. Itu tak cukup sulit agar membuatnya terjaga dari berpikir. Ia tidak membaca surat kabar apa pun, tidak mendengar musik, dan tidak memiliki hasrat seksul yang dapat dibicarakan. Peristiwa yang terjadi di belahan dunia mana pun, baginya, tak penting dibicarakan. Saat ia mulai bosan berada dalam kamarnya, ia berkeliling tanpa tujuan di lingkungan sekitar, atau pergi ke stasiun, di mana ia terduduk di sebuah bangku dan menyaksikan kereta api tiba dan berangkat, lagi dan lagi.

Ia rutin mandi setiap hari, ia menggunakan shampoo agar rambutnya tetap bersih, dan pergi ke laundry dua kali seminggu. Kebersihan adalah salah satu hal paling utama: laundry, mandi, dan menggosok giginya. Ia nyaris tidak menyadari apa yang ia makan. Ia makan siang di kafe kampus, tapi selain itu, ia jarang sekali mengkonsumsi makan yang sehat. Ketika lapar ia berhenti di pasar lokal dan membeli sebuah apel atau beberapa sayuran. Kadang-kadang ia makan roti tawar, menuangkannya susu langsung dari kemasannya. Ketika tiba waktunya untuk tidur, ia akan menelan segelas wiski seolah-olah itu adalah dosis obat. Untungnya dia tidak banyak peminum, dan dosis kecil alkohol itu semua yang diperlukan untuk mengirim dia pergi tidur. Dia tidak pernah bermimpi. Tetapi bahkan jika ia bermimpi, bahkan jika gambar mimpi muncul dari tepi pikirannya, mereka akan menemukan tempat untuk bertengger di lereng licin kesadarannya, bukan dengan cepat meluncur, turun ke dalam kehampaan.

Alasan mengapa kematian menyerang pikiran seperti yang dialami Tsukuru Tazaki pun jelas. Suatu hari empat teman-teman terdekatnya, teman-teman yang ia kenali untuk waktu yang lama, mengumumkan bahwa mereka tidak ingin melihat dia, atau berbicara dengan dia, tak akan pernah. Tiba-tiba, itu yang menentukan deklarasi, dengan tidak ada ruang untuk kompromi. Mereka memberi tanpa penjelasan, tanpa kata, untuk pernyataan yang keras ini. Dan Tsukuru tidak berani bertanya.

Dia sudah berteman dengan empat dari mereka sejak SMA, meskipun ketika mereka memotongnya, Tsukuru sudah meninggalkan kota asalnya dan menghadiri kolase di Tokyo. Jadi yang dibuang tidak memiliki efek negatif langsung pada rutinitas sehari-hari - itu tidak seperti akan ada saat-saat canggung ketika dia bertemu dengan mereka di jalan. Tapi itu hanya kebawelan. Rasa sakit yang dirasakan adalah, jika ada, lebih intens, dan terbebani dia bahkan lebih besar karena jarak fisik. Keterasingan dan kesepian menjadi kabel yang membentang ratusan mil panjang, ditarik ke titik putus dengan winch raksasa. Dan melalui garis kencang, siang dan malam, ia menerima pesan terbaca. Seperti gale bertiup di antara pepohonan, pesan-pesan yang tak beraturan dalam kekuatan mereka sampai kepadanya dalam fragmen, menyengat telinganya.  

Jumat, 20 Mei 2016

Colorless Tsukuru Tazaki (Bab 1 1/18)

1.




Sejak Juli tahun keduanya di kampus hingga tiba di Januari, semua yang dapat Tsukuru Tazaki pikirkan hanyalah tentang kematian. Ia memasuki usia dua puluh tahun saat ini, tapi di masa yang amat penting itu saat menjadi dewasa semua itu tak berarti apa-apa. Bunuh diri sepertinya akan jadi solusi yang paling alami, dan bahkan sekarang ia tidak dapat menjelaskan mengapa ia belum juga memilih langkah akhir ini. Melewati ambang pintu antara kehidupan dan kematian bisa jadi terasa lebih mudah dibandingkan menelan bagian paling berlendir, telur mentah.

Barangkali ia belum memutuskan untuk melakukan bunuh diri sebab ia tidak mampu memahami  cara yang pas agar lebih alami dan perasaan luar biasa yang dimilikinya menghadapi kematian. Namun cara bunuh diri itu bukanlah yang utama. Jika ada sebuah pintu dengan keistimewaan yang memastikan dengan benar menuju kematian, ia tidak akan ragu-ragu untuk membuka pintu itu, tanpa mesti berpikir dua kali, seolah itu hanya bagian dari hidup yang biasa saja. Tak peduli itu baik atau buruk, meskipun, pintu semacam itu tak ada di sekiarnya.

Seharusnya aku telah benar-benar mati, Tsukuru seringkali berbicara seperti itu dengan dirinya sendiri. Kemudian dunia ini, dalam kesatuan untuk saat ini dan sekarang, tidak pernah ada. Dunia ini hanyalah hal yang menawan hati, pikiran penuh pesona. Dunia saat ini tak pernah ada, dan realitas tidak sepenuhnya nyata. Sejauh ini dunia telah dipenuhi keprihatinan, ia tidak akan lama lagi menghilang - sama seperti dunia ini tidak akan lama lagi ada untuknya. 

Pada waktu yang bersamaan, Tsukuru tidak dapat memahami mengapa ia berada pada titik itu, ketika ia baru saja mengimbangi dirinya di tebing jurang. Ada peristiwa yang sebenarnya mengarahkan dirinya ke tempat ini ini  sangat ia pahami dengan baik tapi mengapa kematian mesti seperti itu menahan dirinya, menahannya seolah dipenuhi ketakutan selama hampir setengah tahun? Tertahan kata itu telah menggambarkannya dengan tepat di dunia ini. Seperti Nabi Yunus di dalam perut ikan paus, Tsukuru telah terjatuh di dalam perut kematian, yang dari hari ke hari sulit untuk dijelaskan, hilang dalam kegelapan, menyatu dalam kehampaan.  
  
Menjalani harinya ia seolah sedang tidur saat berjalan, seperti jika ia telah mati namun belum ia sadari. Ketika matahari terbit, maka Tsukuru sikat gigi, tidak menyadari baju apa yang ia kenakan, mengendarai kereta menuju kampus, dan menulis catatan di kelas. Seperti orang yang ada di dalam badai putus asa dan ia bertahan mencengkeram tiang listrik, ia terus mencengkeram semuanya seperti telah menjadi rutinitas sehari-hari. Dia hanya berbicara kepada orang-orang ketika diperlukan, dan setelah sepulang dari kampus, ia akan kembali ke apartemen sendiri, duduk di lantai, bersandar ke dinding, dan merenungkan kematian dan kegagalan hidupnya. Sebelum ia berbaring besar, jurang gelap yang berlari langsung melalui ke inti bumi. Semua dia bisa melihat awan tebal kosong mengitarinya; semua bisa ia dengarkan keheningannya yang mendalam mampu meremas gendang telinganya.

Ketika ia tidak memikirkan tentang kematian, pikirannya menjadi kosong.


Haruki Murakami
Sumber gambar di sini

*Diterjemahkan dari Bahasa Inggris oleh Philip Gabriel dan dilanjutkan oleh Wawan Kurniawan menjadi bahasa Indonesia. Setiap tiga hari sekali, akan kami posting lanjutan terjemahan ini.