Kamis, 16 Juni 2016

Dua Buah Soneta dari Fernando Pessoa

Fernando Pessoa dalam buku 35 Sonnets yang ia terbitkan sendiri melalui "Lisbon Monteiro & Co" di tahun 1918. Pessoa adalah penyair yang lahir di Lisbon, Portugal. Ini adalah dua soneta awal dari bukunya itu, jika ada waktu saya akan melanjutkannya lagi.


IMeskipun kita menulis atau berbicara atau menjalaninya namun
tetap saja kita tak akan pernah terlihat. Apa yang kita miliki
tak dapat dipindahkan sama sekali ke dalam kata atau pun buku.Jiwa yang kita miliki telah berjarak begitu jauh tak terbatas.
Sebesar apa pun keinginan yang kita pikirkantelah menjadi jiwa kita dan isyarat agar pergi jauhJurang di antara jiwa kita tak lagi dapat dijembatani
Hati kita masih tak pernah saling terhubung.Dan apa yang kita sampaikan kini mulai terabaikan.Ketika kita hendak menyatakan pikiran akan keberadaan kita.
dengan keahlian apa pun atau cara-cara yang ada.Untuk diri kita yang benar-benar singkat Dan tiap-tiap mimpi yang lain berasal dari mimpi orang lain.
Kita adalah mimpi yang hanya kita miliki, jiwa begitu menyilaukan
IIJika yang terlihat adalah bagian hidup yang bahagia
Kita pun mulai merinding - merasa sejumlah batasan mulai terlihat
Dengan menyimpan sedikit isyarat dan bagian tubuh lain mampu melihat
Yang terlihat bahkan hanyalah sejumlah kebohongan
Tubuh yang benar-benar bahagia sungguh tak lagi ada
Jam untuk berbahagia habis, gelap, samar-samar, rasa melihat
Semua yang mampu kita lihat adalah irasional
Apakah yang tertelan pandangan dari mata yang tertutup
Dari mana datangnya pikiran untuk merasa tetap hidup? Nihil
Sebuah rasa cemas- seperti rasa sakit dalam hidup, seperti tubuh - yang terdalam
Atau sejumlah hal lain - juga yang tak kita pahami penuh kebusukan
Seluruhnya digunakan pikiran untuk bekerja. Hingga ia menghapusku
jiwa - membenci dari apa yang kita cara dan apa yang kita tangisi.
Suka cita, tubuh dan hidup pun membuktikan namun layar begitu kotor.

0 komentar:

Posting Komentar